Friday, March 16, 2007

Bi Nunung yang baik.........

Nunung,

Engkau adalah adikku yang sangat kusayangi, sangat kucintai, terlebih pada saat-saat terakhir, engkau memainkan peran yang sangat tinggi. Engkau seperti manjadi ibu bagiku, mungkin juga bagi saudara-saudaraku yang lain yang tinggal di luar kota. Betapa tingginya engkau, betapa sangat berharganya engkau dihadapanku. Banyak sudah, banyak sekali engkau berbuat untukku, untuk keluargaku, sampai-sampai aku tak dapat menyebutknnya satu persatu.

Nunung, harap engkau jangan salah mengerti, ibu disini bulan sebagaimana ibu kandung, peran engkau di Ciamis layaknya seperti ibu semasa masih ada. Engkau sibuk manakala mendapat berita aku mau mudik, engkau sibuk manakala mendapat berita kakak sulungmu mau mudik, mungkin juga sibuk manakala mendengan siapapun yang di luar kota mau mudik.

Aku tahu, engkau menjalankan fungsi itu dengan ikhlas, tulus dan lain-lainnya. Engkau mungkin tidak menyadari bahwa hal itu adalah menjalankan fungsi sebagaimana yang ibu dulu jalankan. Aku tahu, itupun engkau secara lahiriah tidak menyadarinya, hanya yang ada dalam benakmu, bahwa engkau ingin menciptakan suasana nyaman bagiku, bagi saudara-saudara yang lain bila mereka mudik, suasana yang menyenangkan. Engkau akan merasa sangat bersalah bila dalam pnerimaan seolah-olah engkau mengecewakan kita para pendatang. Mana mungkin begitu Nung ? Nunung dapat aku katakan disini, engkau telah sempurna menjalankan fungsi itu…………….. Ah, betapa baik dan tulusnya engkau…

Nunung, aku sangat-sangat kehilanganmu………. Kehilangan figur pengganti ibu……..

Nung,

Maafkan Ang Dudung yah…..
Ang Dudung yang telah sedemikian banyak merepotkanmu!
Sungguh Nung, Ang Dudung ini bicara dengan sebenarnya, setulusnya, apa adanya…….
Betapa banyak Ang Dudung berhutang padamu…. Betapa banyak Ang Dudung membuatmu menjadi sibuk, pusing bahkan saat terakhir engkau merasa disalahkan sama Ang dudung gara-gara Ang Dudung telat menjawab sms-mu. Mana mungkin Ang Dudung marah padamu? Nggak mungkin adikku……

Maafkan Ang Dudung…..

Maafkan Ang Dudung, Ang Dudung hanya mampu berbuat seperti ini…… Bener, Ang Dudung iri pada sikapmu, pada kebiasaanmu, pada sifatmu, pada tabiatmu.

Nunung, dihadapan Ang Dudung engkau begitu sempurna, baik, tulus, ikhlas… Nung, Ang Dudung tak punya itu semua………

Nunung,
Kini engkau telah meninggalkan kami, engkau telah pulang kepadaNYA. Engkau telah bahagia karena jejakmu telah nyata penuh dengan amal kebaikan yang ikhlas yang tak semua manusia mampu berbuat seperti itu. Berbahagialah Nung disisiNYA. DIA tidak pernah ingkar akan janjiNYA, setiap amal perbuatan baik yang ikhlas apalagi didasari karena iman dan islam, akan mendapat ganjaran yang setimpal. Nunung yakin kan dengan yang itu? Satu hal yang aku bersyukur dan bahagia di menit-menit terakhirmu bahwa, saat engkau hendak pergi dipanggilNYA, engkau shalat dulu, mengunjungi orang-orang yang engkau anggap engkau punya satu kewajiban yang harus ditunaikan, engkau baru jalan sampai pada malapetaka itu…..

Engkau telah selesaikan semuanya Nung sebelumnya…….

Secara jujur aku menghargai “project” yang telah dibebankan padamu saat-saat terakhirmu dan engkau jalankan itu dengan ikhlas, riang dan tanpa beban walaupun project tersebut sesungghnya agak “kelaki-lakian”

Project dariku tentang pembuatan benteng pemisah antara rumah ibu dangan rumah sebelah yang rusak akibat hantaman angina putting beliung baru-baru ini. Project dari Pondok Gede untuk memperkuat bibir kolam agar tidak roboh dan project-project yang lain dan ternyata selesai pada waktunya yang…………. Ternyata itu adalah karya terakhirmu!

Nunung,

Aku teringata saat aku pulang “Lebaran Haji” persis akhir tahun 2006 lalu. Begitu sampe di rumah nampaknya engkau sedikit khawatir engkau tidak bisa “men-serve” kami dengan baik, sampai-sampai engkau bilang : “Ang Dung, kumaha nya, bade bobo dimana? Nunung meureun teu tiasa maturan, kan Nunung kedah masak kanggo enjing motong Qurban?”

Begitu khawatirnya engkau mengecewakan kami yang datang dari Jakarta.

Nung, Ang Dudung pulang ke Ciamis bukan mengharap apa-apa darimu, tidak, sama sekali tidak. Aku tahu, engkau sudah berusaha maksimal, aku tahu itu. Tapi Ang Dudung pulang karena mau lihat motong sapi qurban karena kan Ang Dudung sekeluarga ber-qurban di Ciamis? Kebetulan pas akhir tahun dan juga anak-anak bisa ikut, Ang Dudung akhirnya ke Ciamis. Tidak ada didalam hati tentang permintaan Nunung harus men-serve kita dengan baik. No, itu konyol kalau demikian.

Nung,
Sebentar lagi kakakmu akan mantu, tentu saja dia telah berdiskusi denganmu karena engkau adalah partner yang sangat cocok bagi dia dan juga engkau. Kayaknya kalian berdua telah sedemikian erat sehingga diantara kalian bisa saling curhat tentang hal apa saja. Tentu, kakakmu merasa sangat kehilangan dengan kepergianmu.

Nunung,
Sebetulnya banyak sekali kenangan atasmu yang ingin aku tulis disini, tapi dimulai dari mana dan atau diakhiri dimana tentang engkau? Aku sulit memulainya karena begitu banyak yang aku harus tulis dan aku tak mampu melakukan itu……

Terakhir, aku mendo’akanmu,

“Ya ALLAH terimalah dia dengan segala kebaikanMU, segala ridhaMU atasnya, terimalah semua amal ibadahnya, pertinggilah derajatnya, ampunkan segala dosanya dan masukkan ia kedalam syurgaMU.”

Nunung, maafkan ang Dudung…………..

Thursday, March 01, 2007

Trip to Bali - Day Two

Hari Sabtu ini 27/2/07 kita “dibawa” tournya ke Kintamani, suatu tempat yang tinggi. Hawanya sejuk dan pemandangannya cukup indah. Mungkin seindah Puncak, Cianjur kali. Masih terlihat kabut tipis walaupun sudah siang. Tapi sebelumnya kita di drop di suatu daerah (lupa namanya) untuk nonton pertunjukan tari barong. Tari tersebut mengisahkan cerita yang sampai saat inipun diyakini mereka belum selesai dan akan tetap berlangsung sampai akhir jaman : perang kebenaran melawan kebathilan. Disini “tertahan” kurang lebih 1 jam. Dalam adegan-adegannya katanya para pemainnya ada yang kemasukkan (si supir mobil travel yang orang Balikan di dalam mobil ada sajen, waktu OQ Tanya ini apa, dia bilang ini sajen untuk Batara Kala katanya. Waktu ditanya diganti tiap hari, dia bilang iya pasti. Menurut dia, orang Bali – seluruh orang bali (kalau dia ngaku orang Bali katanya) harus melakukan seperti yang ia lakukan. Setidaknya setiap hari sedikitnya harus membuat sajen 3 kali, sementara harga setiap sajen itu Rp. 20 ribu, jadi setiap hari untuk sajen saja sudah menghabiskan duit Rp. 60 ribu.

Kembali ke Kintamani, lumayan juga jauhnya, makan waktu 2 jam dari tempat tari barong, jalannya mulus tapi mendaki. Maklum Kintamani diatas gunung.

Kita di drop lagi di rumah makan, katanya makannya di bayarin travelnya. Bingung juga saat mau makan, halal nggak ?

Begitu masuk, kita ambil posisi duduk di luar gedung, diatas teras yang langsung pemandangan ke gunung Batur dan sebelahnya ada danau Kintamani. Sejuk, indah dan enak gitu bo….

Kita tanya ke pelayannya,

“Saya muslim, apakah makanan disini halal?”

“Halal pak, itu musholla di bawah kalau nanti Bapak mau sholat” jawabnya.

Syukur Alhamdulillah, aman untuk makan siang ini.

Cukup lama disini, makan sambil ngobrol. Foto sana foto sini. Balik ke Kuta sekitar jam 15:00.

Waktu jalan pulang, SMS ke teman yang istrinya orang (Chinese) Bali, dia setiap liburan sekolah pasti ke Bali, mudik. Nah, kali ini maksudnya cuman mau ngabarin kalau kita lagi di Bali.

Eh… dia telepon: “Yang bener” katanya. “Saya juga lagi di bali nih”.

Kaget juga ngedengernya.

“Bener, sekeluarga”

“OK, nanti ketemuan ya di Kuta, kita makan bareng”

“OK”

Lepas Maghrib, kita berempat bubar, tapi bubar beneran nggak bareng2. masing-masing punya rencana sendiri-sendiri. Lucu ya ? OQ pengen jalan sendiri ke Kuta jalan kaki, Enca sama Mamahnya mau beli celana. Nah, aku pergi juga nemuin temen yang SMS tadi.

Karena janjian di Kuta, jalan kaki deh kita dari hotel. Eh ternyata jauh juga, keringetan tuh…

Setelah jalan keringetan, rupanya kurang beruntung, jalanan pantai sangat muacettt, temen akhirnya hamper batal melihat macet kayak gitu. Akhirnya disuruh ke Mall di pantai lainnya, wah nggak bisa kan disini orang baru nggak begitu hapal dimana itu Mall. Akhirnya dia ngalah, seelah lama ditunggu dia nongol pake mobil sewaan. Lanjut deh jalan sambil nanyain mau makan apa, yang jlas mau makan yang halal.

Puter-puter Kuta, Denpasar dalam macetnya jalan. Akhirnya….. nggak makan…. Warungnya udah pada tutup. Nasib, perut sampe balik hotel kosong…. Untuk jangan sampe terlalu kosong, beli roti deh di super market, mau makan takut…

Sampe di hotel ada cerita lucu lagi ttg OQ, dia nyasar….

Ceritanya dia jalan kaki kan ke Kuta, jalanan macet banget. Dia nyukurin orang yang bawa mobil. Syukurin lu, emang enak macet-macetan. Sepanjang jalan dia ngomong begitu di hatinya, tahu-tahu dia bingung, ini dimana koq gelap? Nah lho… dia buru-buru telpon Mamahnya, Mamah dimana katanya, OQ nyasar nih takut nggak bisa balik. Katanya mamahnya, mangkanya jangan suka sirik……….

Haa.haa.. haa