Wednesday, February 07, 2007

Banjirrrrrrr

Aku cerita dari awal (mestinya aku upload awal2, tapi aku bisa “meyentuh” internet baru sekarang, ya sekaranglah aku uploadnya…)

Senin, 29/1/07

Pak Ketuan Umum Yayasan, Haji Marah Sakti Siregar mengirim SMS, mengabarkan tentang ramalan cuaca dari BMG yang mengatakan, diperkirakan 3 hari dari sekarang (jadi 29 – 30 dan 31/1/07) akan turun hujan lebat dan kemungkinan banjir bisa terjadi. Waspadalah, katanya (he.. he.. kayak Bang Napi)

Rabu, 31/1/07

Maghrib, hujan cukup deras dan hujan ini sudah berlangsung sejak sore hari. Istriku bilang begini : “Wah kalau hujan begini lagi, besok ke kantor repot – air di RT 03 bakalan naek lagi dan mobil gak bakalan bisa lewat” katanya.

Kamis, 1/2/07

Seharian ini rupanya hujan terus menerus turun dengan intensitas yang cukup tinggi. Aku jadi ingat SMS pak Ketua, ah ini ramalan mungkin benar, bisa jadi banjir nih. Kamis malam, hujan turun terus dengan deras, kembali istri mengatakan hal yang sama.


Jum’at 2/2/07

Waktu mau pergi ke kantor, jalan depan rumah tergenang sedikit. Aman pikirku. Biasanya dengan genangan air sedemikian, tempatku jauh dari perkara banjir, tapi sebagaimana biasa, jalan depan RT03 itu kalau genagangan air didepanku sedemikian, mobil kudu harus berani menyeberang karena tingginya sebetis.

OK, benar sebetis, setelah berhasil menyeberang, aku melenggang pergi ke kantor, demikian juga dengan istri, dia juga pergi nekat ke kantor setelah sama-sama berenang.

Sampe di kantor, cuaca sedikit terang dan tidak hujan. Aman pikirku. Akau terus monitor ke rumah. Setiap ditelepon, pembantuku bilang aman tapi hujan deras banget katanya. Hujan ? Wow, dikantor Cikarang kering!

Telepon lagi 1 jam kemudian, hujan tambah deras dan air di jalanan naik! Mulai khawatir….
Setelah itu, hubungan komunikasi sulit, telepon rumah maupun HP tidak bias, kabar rumah jadi dag dig dug…
Terakhir sekitar 9:45, pembantu telepon : “Bapak nggak pulang? Pak Pairan sudah pulang, rumahnya sudah masuk air”. Kaget bercampur khawatir, ru
mah gimana ? Dia bilang, masih aman, tapi air sudah mulai mau masuk garasi. Nggak pake mikir lagi, aku kemas-kemas dan langsung ngabur pulang.

Dikantor kering, begitu sampe di Cibitung, hujan deras banget, perjalanan pulang terhambat karena jarak pandang paling 20 meteran. Ternyata hujan itu rata sampai ke rumah dan mungkin seluruh Jakarta! Waktu sampe di gerbang toll keluar Bintara, aku berhasil menghubungi OQ, dia bilang dengan datar, air sudah masuk rumah dengan ketinggian diatas mata kaki. Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun…

Sampe di komplek perumahanku, mobil sudah berderet di pinggir jalan, rupanya penghuni yang lain sudah mengungsikan kendaraannya ke jalanan diluar komplek. Istri sudah pula jalan pulang, tapi toll macet berat (mungkin semua pada pulang). Yang menakutkan, kata istri, jalan toll pun airnya setinggi ban! Sebenernya dia takut juga mau pulang, tapi karena darurat, apa boleh buat! Mobil berjalan seperti di sampahan katanya, banyak sampah2 yang menempel di grill depan, botol aqua, kaleng coca cola dll. Yang dia takutkan, bagaimana kalau mogok di tengah hujan begitu?

Setelah parkir di jalanan diluar komplek, orang banyak sekali yang nonton (hmmm, komplek perumahanku jadi tontonan). Sebelum turun aku berpikir, laptop aku tinggal di mobil nggak? Wah karena ini bakalan lama, kemungkinan berhari-hari sebaiknya kubawa. Tapi bagaimana hujan begini ? Nekat saja, setelah celana kugulung, dengan bismillah aku turun untuk ke rumah. Problem lagi, jalan mana masuknya? Orang banyak banget yang berdiri menonton diluar komplek, air kulihat sepinggang di jalanan komplek. Aku mau masuk komplek bawa laptop dengan air sepinggang? Gak mungkin!

Akhirnya aku harus berjalan cukup jauh ngambil jalan berputar, lumayan, pintu satunya agak tinggi, sepaha airnya… aku memaksa masuk dengan pelan-pelan (emang bisa jalan cepet dijalanan penuh air?). Sampe dirumah, benar…… Rumah sudah terendam air sebatas 20 cm. Sedih….. Selama lebih dari 20 tahun tinggal di Bintara Jaya, baru sekarang ini aku mengalami banjir yang masuk rumah…. Dirumah ada mbok berikut menantu berikut bayinya numpang neduh.

Setelah kulihat banyak yang dinaikin ke lantai atas, aku sedikit rada terhibur, surat-surat penting, elektronik dan lain-lain yang dikira cukup bias diangkat ternyata sdh diatas. Untungnya OQ ada dirumah kemarin itu (masih libur kuliah). Yang tertinggal, tempat tidur, kulkas, Komputer, kursi-kursi dan lemari. Pasrah…. Bagaimana mau diangkat dengan kondisi mendadak seperti itu? Nggak nyangka sama sekali kalau rumah mau kebanjiran, selama ini jauh dari banjir! Rasanya suasana sangat tidak menentu, utamanya perasaan….

Hal membuat lebih sulit adalah, aliran listrik mati! Jadi situasi menjadi gelap, nggak ada air, nggak ada penerangan. Malam-malam gelap dan sunyi… Yang kedengeran cuman bunyi air kalau ada orang lewat. Yang aku syukuri adalah, untungnya rumahku punya lantai atas, kalau nggak….
Terima kasih ya ALLAH…

Baru aku mengalami dan menyadari kalau dalam situasi seperti ini, di berita-berita TV – Koran dan lain-lain, suka diberitakan begini : “belum ada bantuan makanan dari pemerintah, obat-obatan dan lain-lain” Eh bener, sekarang aku mengalaminya. Makanan dan minuman nggak ada, jalan kemana-mana mau beli pun nggak bisa. Listrik mau masukpun nggak bisa. Sulit….

Yang sedih lagi, udah makanan dan minuman susah, sekalinya mau makan supermi pun takut. Kenapa ? Takut pingin buang air…. Masalahnya, septic tank nya kerendem - jadi air closet nggak mau jalan. Terpaksa kita nahan makan dan minum…. Ya ALLAH….

Di dalam rumah sudah jijik, sumpek dan lain-lain, begitu melihat ke kamar mandi ? Ah, lebih sedih lagi. Kotor sekali….. Bau, kotor, lumpur, lembab…. Dan yang lebih menyedihkan, karena air tinggi di jalan depan rumah, air berbaik dari jalan ke rumah lewat pipa buangan air dan ….. Kepiting, keong, tikus dan lain-lain yang menjijikkan keluar dari pipa tersebut….

Kepalang basah, aku keluar dan bergabung dengan orang lain yang sama-sama senasib, ah beginilah rasanya kalau kena musibah. Tapi ini kupikir tidak seberapa dengan penderitaan oran glain yang rumahnya kerendem sampai ke leher. Banyak sekali yang kerendem sampai setinggi itu, sampai Masjid di komplek pun ikut terendam sebatas mata kaki.

Sabtu, 3/2/07

Tidurpun nggak tenang, baru sekitar jam 12:30 tidur, cape dan tegang…

Jam 02:00 dikejutkan dengan goyangan OQ, “Pah, mah kita turun yuk, kita angkat banjo-baju yang masih tersisa di lemari, hujan deres banget” katanya.

Ya ALLAH, hujan deres banget, deres…..

Aku turun rame-rame, lihat air di jalanan belum terlalu surut. Lihat langit lagi, masih tebal mendungnya. Ya ALLAH…..Setelah dipikir lebih lanjut, akhirnya diputuskan, nggak usah diangkut ke atas, Insya ALLAH air nggak bakalan naik lebih tinggi lagi.

Keceprek, keceprek….. itulah bunyi yang terdengan ketika turn ke lantai bawah. Ih…….

Situasi belum berubah banyak, rumah masih berantakan dan penerangan nggak ada. Perut belum terisi dengan baik, cuman makan kue kecil yang ada dan aqua yang masih punya 1 botol besar. Mau keluar air setinggi paha dijalan, dingin dan kotor. Air bercampur sampah, olie, solar dan lain-lain karena banyak mobil yang nggak sempat di keluarin ke tempat yang lebih tinggi. Walhasil mobilnya terendam sampai ada yang sebatas kaca pintu dan bahkan ada yang tinggal kelihatan atapnya saja, utamanya mobil sedan. Beruntuk kita (aku dan istri) pergi ke kantor dulu, jadi mobil tertahan diluar saat balik. Tiga malam jadinya nginep di jalanan.

Dengan “berenang”, kita jalan melihat-lihat rumah lain yang terendam, ada yang sepaha, ada yang sepinggang. Yang kasihan yang rumahnya nggak punya lantai atas. Ada tetangga yang rumahnya terendam sebatas pinggang, akhirnya malam pertama (malam sabtu) nginap di mobil yang diparkir di garasi, padahal mobilnya pun kerendem sampai batas ban! Dia bertiga nginep disitu, dia, istrinya dan anak gadisnya. Anak lakinya dianjurkan tidak usah pulang karena rumah kerendem.

Hari ini hamper seluruh pemukim komplek perumahan keluar rumah bergabung menceritakan pengalaman masing-masing sambil bercanda. Ya, bercanda aja sambil mengusir rasa sedih. Karena sedihnya ada sorang ibu-ibu yang stress ngelihat ada air masuk dalam rumahnya. Air….air….air…. kenapa masuk rumah? Terus dia nangis dan bilang, kalau sudah surut, beresihin ini rumah dan …jual ! Mau pindah kemana ? Wong hampir seluruh Jakarta terendam!

Hujan masih terus turun dengan intensitas yang agak berkurang…..

Siang-siang, mantunya si mbok pulang dengan membawa bayinya. Mau kemana, ini kan masih hujan dan masih banjir? Mau nginep di Masjid dekat rumah aja katanya. Belakangan dari mbok bilang, katanya dia malu sama tuan rumah. Kasihan bayinya….

Pak Air Hartanto ngobrol di rumah, dia bawain nasi + gado2 dua bungkus untuk aku dan OQ dari rumah pak RW. Lumayan….

Anak-anak bikin rakit dari bamboo yang dijejerin dan diiket, tapi nggak bisa nahan berat badan satu orangpun, kudu banyak kali bambunya. Foto sana, foto sini, sementara air masih tetap belum surut sedikitpun….

Lepas maghrib, istriku berikut anak-anak dan 2 orang tetangga gelap-gelap pergi menerobos air menuju mobil yang diparkir +/- 400 mete dari rumah. Mereka udah nggak tahan kepingin mandi, rencananya mau mandi di Masjid Al Azhar di Kalimalang. Aku tinggal sendirian di rumah yang gelap, dingin dan sunyi. Aku Cuma titip tolong beliin makanan walaupun rada takut makan karena takut pingin buang air besar.

Keceprek, keceprek, keceprek…..

Setengah jam mereka berangkat, ada tukang nasi goreng lewat depan rumah, eh nekat bener ini si abang! Aku Tanya : “Bang, lewat mana masuknya?” Dia jawab : “Nekat aja pak, kalau nggak begini kan bisa nggak makan. Cuman tadi kompornya tersiram mobil lewat” katanya.

Selagi aku dibikinin nasi goring, dating seorang Bapak dari RT 03, dia juga lagi cari makanan. “Bang pesen satu, dibungkus” katanya. Begitu nasiku selesai, giliran dia mau bikin untuk si bapak dari RT 03, kompornya ngadat nggak mau nyala. “Maaf pak, nggak bisa, kompornya ngadat bekas kena siram tadi” katanya. Alhamdulillah aku sempet dibuatkan satu……Tetangga depan rumahku yang tukang bercanda bilang :”Mangkanya, kalau temennya Fir’aun mah kagak bakalan mau kompornya kerja, banyak dosa!” katanya. Kita bertiga tertawa, masalahnya mereka jamaah maen gapleh setiap malem minggu…..

Anak istriku dating jam 21:00, nasi gorangnya tidak aku makan karena perutku sudah terisi dan lagi takut mau ke belakang. Repot….

Minggu 4/2/07

Tadi malam tidur jam 23:00, karena mungkin cape baru bangun jam 05:00. Itupun karena hujan deras. Kamar Enca dimana kami tidur ada air meleleh lewat dinding kamar. Aduh…. Lagi banjir begini, rumah pun bocor? Alhamdulillah, bocornya sebentar, seterusnya nggak. Alangkah kompplit kalau bocornya gede, mana ba njir diluar, mana banjir didalam……. Nuhun Gusti…..

Kulihat air dijalanan agak surut, namun belum terlalu signifikan tapi di dalam rumah sudah mulai menipis tidak lagi diatas mata kaki. Mudah-mudahan cepet surut ya ALLAH…

Sekitar jam 07:00 rumahku sudah tidak ada air banjir lagi, para pembantu langsung mengusir kotorang sisa peninggalan air banjir, mengepel dan menggosok bekas kotoran yang menempel di dinding. Seneng rasanya….

Jam 08:00 hujan deras lagi ketika air di jalanan tinggal sebatas betis ! Ya ALLAH….

Karena aku belum mandi sejak Jum’at dan….akhirnya dengan membuka baju dan hanya memakai celana pendek, aku mandi di jalanan dengan air hujan! Pake sabun mandi dan shampoo. Istri geleng kepala, Papah gila katanya….Abis…?

Tidak banyak dilakukan hari ini, semua pada bengong-bengong dirumah masing2 nunggu air surut. Diatas, baying-bayang mendung masih menggantung tipis dengan membawa harapan, semoga hujan tidak turun deras lagi sampai air surut.

Alhamdilllah, sekitar jam 14:00 matahari menampakkan dirinya, mulai terasa hangat dan air didepan rumah sudah surut secara signifikan. Tetangga depan rumah kebetulan suka jual beli mesin pompa air, genset dan lain-lain. Praktisnya, dengan memakai mobilku, dia pergi ke toko mertuanya untuk membawa genset, kita akan hidupkan mesin pompa air (listrik masih mati).

Sekitar jam 11:00 aku keluar sama istri (dengan sebelumnya naik angkot untuk menghampiri mobil yang disimpan diluar). Untuk mencari makanan. Kita makan nasi uduk di Galaxy dan membungkus beberapa juga untuk anak-anak dan pembantu di rumah. Setelah selesai makan dan shalat lohor di Masjid Al Azhar, kita pulang. Mereka yang ambil genset telah pula pulang dan mencoba menghidupkan pompa air. Cuman pompa rumah seberangku saja yang berhasil, punya aku dan tetangga kiriku gak bisa. Aku jadi berfikir, setelah banjir apa aku harus beli pompa baru, kulkas baru dan tempat tidur baru ? Wah berapa duit tuh? Mateng deh….

Jam 22:00 lampu hidup! Syukur Alhamdulillah….

Terang dunia rasanya setelah lampu hidup, nggak sumpek gitu, segala jadi kelihatan lagi. Rasanya semangat jadi tambah…. Tidurpun jadi nyenyak.

Senin, 5/2/07

Pagi-pagi sekali setelah subuh, aku coba utak-utik sendiri pompa airnya, kabel-kabelnya aku urut. Setelah aku rasa siap, takut-takut aku colokin kabelnya ke saklar (takut korsletting…). Wing….. hidup, horeeee…… kita punya air lagi…. Terima kasih ya ALLAH….

Hari ini tidak lagi denger keceprek, keceprek, keceprek ..... dan aku pergi ke kantor lagi hari ini…………………..

5 comments:

Herli Salim said...

Ang Dudung...aduh ngupingna mani miris...sedih...mugia mah sing sabar, tawakal, oge kedah siap2 siap kanggo siklus-siklus banjir anu kapayun Tahun 2002- tahun 2007-tahun 2012? Iya sigana mesti dilengkapi dgn peralatan banjir utk nanti mah...Wah asa jaman Citanduy meluap di Banjarsari dan Padaherang, Ciamis Selatan. Kade sing waspada penyakit pasca banjir...Sok didorong ku doa...mugia enggal mulih deui kana kahirupan anu sateuacana.
Salam
HS

urang kertasari said...

Hatur nuhun Mang Aang kana do’ana. Mudah-mudahan sae kapayun na nya.
Tapi.... pagi ini 8/2/07 mau berangkat ka kantor, hujan mani ngagebret agung pisan, jadi ragu bade ka kantor. Keluar ti bumi bari nganter Reza sakola, dijalan teh hujan tambah deras, dugi ka sakola Reza jadi ragu-ragu, ka kantor apa baik aja. Hujan tambah deras, ah balik..... daripada di kantor teu tenang. Dugi ka komplek, mobil tos teu tiasa masuk, air sdh sebetis lagi di jalan. Nekat bae, gulung celana. Dugi ka bumi, hujan berenti.... Alhamdulillah, tapi mendung masih menggantung berat.

iwan said...

Assalamualaikum,
Mang, ari kondisi ayeuna kumaha? Mugi Allah memperlihatkan hikmah tina kajadian iyeu.
Amien

urang kertasari said...

Ayeuna tos kelihatan matahari.... Mudah-mudahan aman.

Shinkansen said...

Rasanya belum hilang dari ingatan kita ketika gelombang tsunami meluluh lantakkan Aceh akhir desember 2004 lalu dengan korban mencapai ratusan ribu, berlanjut gempa besar di Jogya dan sebagian jawa tengah. Tak berapa lama kemudian, Porong di hajar lumpur dahsyat yang kita tak tahu, kapan ini akan berakhir. Belum lagi kasus flu burung yang juga telah menebar petaka. Di akhir Desember 2006 dan awal Januari 2007, dunia transportasi Indonesia mengalami musibah besar, mulai tenggelamnya beberapa kapal penumpang di di laut dan juga hilangnya pesawat adam air. Ntah berapa banyak nyawa telah hilang dari kecelakaan ini. "badai yang satu" belum berlalu, di awal februari Jakarta di hajar banjir besar. Dan korbanpun berjatuhan....
Tak lama berselang dari banjir Jakarta, puting beliung mengamuk di Jogja di tambah tanah longsor di Magelang. Dan kembali Indonesia berduka.... Entahlah..episode demi episode "Nusantara Tak Putus Di Rundung Malang" terus berlanjut.

Ya Allah...mudah-mudahan kami segera sadar akan segala apa yang kami perbuat.