Wednesday, April 04, 2007

Trip to Bali - day three

Pagi ini, minggu 28 Jan 2007, Pak Dewa dari travel biro yang kita sewa telepon:

“Saya sudah di lobby pak” katanya.

“Pak, anak-anak maunya agak siang. Tunggu sebentar ya, sekitar jam 9:30 kita berangkat” jawabku.

“Kemana kita hari ini ?” tanyaku.

“ Kita ke Bedugul pak, bagus disana tempatnya, sejuk – enak dan nyaman” katanya. “Tapi sebelumnya kita mampir dulu di tempat kerajinan perak ya pak” katanya lagi.

Karena hari ini adalah hari terakhir, kita langsung berkemas dan akan langsung check out dari hotel, jadi nggak perlu balik karena pasti sudah sore dan tentunya akan menambah biaya hotel. Setelah bermalas-malasan sambil nonton TV di kamar, jam 9:30 kita berangkat.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, sampailah kami di lokasi tempat kerajinan perak. Aku nggak tahu itu di daerah mana, tempatnya rada sepi dan turis datang dan pergi secara berombongan, kebanyakannya mobil-mobil mini bus – dan kebanyakan turis asing.

Dihalaman depan, terluhat berjejer para pengrajin sedang mengerjakan apa-apa yang nantinya dipajang dan dijual di dalam. Sengaja ada stand pengerjaan di luar sebagai promosi atau agar supaya para turis lihat dan tahu bagaimana souvenit itu dibuat. Kebanyakan para pengrajin tersebut perempuan, mungkin mereka lebih teliti ? Banyak macam ragam yang dibuat, cukup bagus hasilnya sampai detil yang kecilpun dibuat mirip. Warnahnya perak dan di gosok sampai kelihatan bersih mengkilat. Jenis yang dipajang di dalam sa ngat beragam dan unik, ada beca, andong, perahu phinisi, burung dan lain-lain. Mirip lah di Jogja. Tapi jangan tanya soal harga, wow, harga turis asing bo…… Ujung-ujungnya kita cuman lihat-lihat saja.

Bosan disini, kami lanjut ke Bedugul. Jalanan menuju Bedugul sangat bagus dan mulus seperti jalanan di dalam kota, maklum kota turis ya, belum lagi turis asing yang datang – jadi sangat wajar kalau jalannya memang kudu begitu. Setelah mulai agak keluar kota, mulai kelihatan sawah-sawah yang sedang baru 30 centu tinggi padinya. Ingat waktu SD, sistim pengairan di Bali namanya subak. Bagus dan asri. Masyarakat Bali sangat menjaga lingkungan (karena ada hubungannya dengan kepercayaan mereka tentang Dewa Kala), itu berimbas dengan ramahnya lingkungan terhadap manusia juga. Jarang di Bali ada musibah longsor, banjir dan lain sebagainya. Berhubung Bedugul ada diatas, perjalanan menuju kesana nanjak terus.

Kurang lebih setengah perjalanan, tiba-tiba HP ada alert sms, begitu aku baca : masya ALLAH, pemberitahuan tentang jadwal penerbangan ! Disana dikatakan, keberangkatan diubah ke jam 02:00. Mati aku, sementara sekarang kita on the way to Bedugul dan tak bakal bias ngejar ke bandara walaupun ngebut karena saat itu sudah jam 11:30. Gimana nih, waktu itu kesel juga sama maskapai penerbangannya, koq bisa berubah-ubah begini? Waktu berangkat, maju 1 jam, sekarang berubah lagi…. Kalau ketinggalan, apa yang terjadi ? Reza ulangan hari Selasa! Langsung aku telepon ke kantornya di Jakarta. “Mohon maaf, betul pak ada perubahan. Berhubung ada kendala pesawat, penerbangan ditunda ke jam 02:00 pagi” jelasnya. Ah….jam 02:00 pagi, rupanya ditunda, bukan maju – jadi kita masih sempet ke Bedugul. Payah nih Air Asia, terkenal penerbangannya dengan sering berubah-ubah jadual, menakutkan!

“Bapak nanti saya antar ke rumah makan, enak makannya disana pak. Bapak nggak usah bayar, itu sudah termasuk dalam paket”, pak Dewa menjelaskan. OK, itu lebih baik. Begitu sampai, benar, sejuk tempatnya dan enak. Rumah makan berdiri diatas bukit dan menghadap ke danau yang cukup luas. Di sebelah kiri rumah makan, nun jauh disana berdiri gunung yang ditutupi kabut. Tapi berhubung saat itu bukan hari libur di dalam negeri, suasana tidak hiruk pikuk – tidak terlalu rame, namun agak sedikit longgar jadinya. Tempatnya sih tidak begitu banyak pernaak-pernik atau bangunan-banguna lain, hanya satu rumah makan itu diatas dan beberapa warung disebelahnya.

Persoalan kembali menghadang saat mau makan, halalkah ? Setelah aku Tanya, halal pak disini tidak memasak makanan yang diharamkan agama Islam, sambungnya. Aku percaya sama omongan dia, kulihat ada meja yang diisi oleh sekeluarga orang pake jilbab -ah amanlah pikirku. Kami duduk persis di sebelah meja makanan yang disusun memanjang. Rupanya makanannya ambil sendiri dan milih sendiri. Setelah duduk istirahat barang 5 menit, kami baru antri makan. Jenis lauk pauk cukup beragam, ada sate, gado-gado, ikan bakar, ayam bakar dan beberapa jenis penganan untuk desert. Lumayan enak dan nyaman makanan dan makannya. OQ kulihat lahap banget, bolak balik dia ambil makanan – Enca sih biasa aja, cool.

Lagi enak-enak makan, tiba-tiba mamahnya Enca cekikikan, eh ….ada apa?

“Kenapa Mah ?”

Dia terus ketawa cekikikan. “Lucu” katanya, sambil matanya terus melihat kea rah meja desert. Disana berdiri beberapa turis bule sedang antri makanan, ada combro, pastel, bubur kacang, ketan item, puding, cairan puding, air santan kuah bubur kacang dan lain-lain.

“Geli dan bego” katanya. “Rasain lu, bego kita sama bego kalian” lanjutnya

“Tuh lihat orang bule, dia kebingungan. Ada yang ambil combro di piring kecil (pisin) lalu mungkin pikirnya, ini kuah apa ya ? Eh, combronya dikuah cairan untuk puding! Ada yang ambil ketan item, celingak celinguk, diapain ya ini ketang item? Eh, diguyur cairan pudding juga! Yang gila, ada yang nyelupin telunjuknya ke dalam cairan pudding lalu di cicipi! Tadi malah ada bule yang mengendus sate yang belum dibumbuin, digigit, ditarik, eh…disimpan lagi!” Jorok…. Kata mamahnya Enca, sama ya orang bule juga bingung melihat makanan asing, diapain nih makanan. Kita juga begitu kalau makan di tempat makanan asing luar negeri di hotel-hotel, diapain nih makanan begitu melihat ada beberapa jenis cairan dan serbuk. Bingung………

Haaa…haaa.haaa

Kenyang makan, bingung lagi…. Shalat dimana?

Aku ingat keluarga yang jilbab tadi, aku samperin mereka :

“Maaf, Bapak muslim kan ?”

“Iya, kenapa?”

“Bapak dan Ibu sudah shalat?”

“Oh sudah, disamping kiri rumah makan ini pak, Bapak keluar dan lihat ke kiri, disana ada masjid besar pak”

Begitu keluar, Alhamdulillaah….ternyata benar, ada Masjid yang cukup besar. Tapi diatas banget, tinggiiiiiiiiii diatas bukit. Aku nggak periksa waktu datang, ternyata bangunan besar di depan danau itu ada dua, rumah makan dan Masjid. Tidak Nampak rumah penduduk disana.

Setelah ngos-ngosan, sampailah kita di masjid, ternyata banyak orang disana. Rupanya keluarga yang di rumah makan itu kelihatannya seperti anggota rombongan yang berada di masjid, mereka turis dari daerah sekitar Surabaya.

Karena masjidnya diatas bukit, disamping hawanya yang sejuk, pemandangannya juga asyik punya. Didepannya terbentang danau yang luas dan tenang. Nampak orang yang sedang naik parasailing, speed boat dan jet ski. Sambil menunggu OQ dan istri, aku bareng Enca duduk-duduk dipinggir danau, walaupun waktu itu tangah hari bolong, tapi tidak merasa kepanasan, yang ada adalah tiupan angin yang sejuk. Didepan terhampar luasnya danau yang hijau. Perahu dan speed boat yang hilir mudik nganterin turis local yang naik berseliweran jauh disana.

Begitu OQ dan mamah nya datang, kita lanjut ke “terminal” danau. OQ mau naik jet ski katanya.

Ticket Rp. 120,000.0 kalau tidak salah untuk 10 menit. Ceritanya, jalanlah dia – langsung ngebut. Ira-kira berjalan 10 menit, eh dia nggak baik-balik di tengah-tengah danau. Diem aja ngambang disana. Ada apa? Kulihat petugas teriak-teriak sesame mereka, kulihat lagi ada yang ngebut ke tengah nyamperin OQ, nggak lama kemudia OQ jalan lagi, pulang menepi. Lega aku…. Begitu kutanya sesudahnya, katanya mesinnya mati nggak bisa di start. Emang udah waktunya pulang kali, udah 10 menit, jadi.

Pulang, turun lagi balik ke Kuta. Hari udah sore. Rupanya hari itu kita di drop lagi di tempat pertunjukan tari kecak. Sampai disana hari sudah hampir maghrib. Masuk nggak ya, udah hampir maghrib soalnya. Tapi setelah berfikir bahwa musafir memiliki kemudahan dalam shalat melalui jama’, akhirnya kita masuk ke gedung pertunjukan setelah membayar Rp. 50,000 per orang. Gedung pertunjukannya seperti yang kemarin, berbentuk bangku panjang dan bertingkat ke atas. Tak banyak yang aku ingat disini, masalahnya aku nggak begitu suka dengannya. Yang ada hanya gerak gerak dan nyayian dan….seperti kemarin, ada orang dimasukin jin!

Beres dari situ, langsung ke rumah makan. Yang ini rumah makan sea food, ikan melulu. Repotnya aku nggak suka ikan laut. Walhasil, setelah menunggu makanan datang yang cukup lama, anak-anak makan dengan lahap. Aku? Gigit jari, akhirnya aku makan cuman pake tumis kangkung aja….yang belakangan malah jadi masalah. Gara-gara kangkung, besoknya di hamper nggak masuk kantor. Asam urat kumat……….

Sengaja makan dilambat-lambatin, sup aya membuang waktu. Habis take off dari jam 23:00 diundur ke jam 02:00 ? Abis makan dan shalat, bingung lagi…bingung terus ya? Iya mau kemana, ke bandara, ke mall atau kemana? Hari baru jam 20:00, sementara di Kuta, Denpasar sini j am segitu took-toko udah mau tutup seperti kejadian malam sebelumnya yang nggak jadi makan.

Akhirnya diputusin, Bandara! Tidur, tidur deh disana. Bayangin, dari jam 20:00 sampai jam 02:00 – enam jam! Jadilah kita orang yang terlunta-lunta, untungnya udah malam begitu sepi, banyak bangku kosong. Sepi banget deh…. Lihat aja gambarnya. Kumal, kucel, de el el.

Sampe rumah, begitu naroh tas, azan subuh. Walhasil Enca bolos……….

Ha…ha…ha…

2 comments:

Herli Salim said...

Ikut merasakan kesenangan dan kebersamaan dgn keluarga tercinta. Saat kita bisa saling berbagi rasa dan melihat perkembangan pertumbuhan mental dan fisik anak. Saat ini memang saat yg sejatinya diatur rapi, disempatkan, dan dimaksimalkan, dan ini bagian dari bagian membina keluarga sakinah dan rahmah serta insya Allah resep untuk berumur panjang. Denpasar udah dekat, ayo libur mendatang ke Melbourne aja. Aang sampe Juli 2008. Ayo niat...
Manga wilujeng!
Salam
HS

Herli Salim said...

Ang Dung! Dongeng perjalan Ciamis diantos. Enggal nya!