Saturday, December 26, 2009

ANAK

Anak adalah titipan ALLAH kepada kedua orang tuanya. Setiap pasangan suami istri (pasutri), baik yang baru menikah maupun yang sudah lama menikah, senantiasa selalu berdo’a agar diberi keturunan, utamanya yang sholeh dan solehah, berbakti kepada orang tua dan menjadi kebanggaan keluarga. ALLAH menjawab do’a tersebut dengan memberinya keturunan. Yang DIA minta adalah, didiklah anak tersebut agar dia menjadi manusia yang pandai berbakti kepadaNYA, karena pada prinsipnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci bersih, seperti kain putih yang belum ada noda sedikitpun, menjadi tanggung jawab kedua orang tuanyalah apakah anak ini akan menjadi Majusi, Nasrani atau Yahudi (al Hadits).

ALLAH memberi manusia kebebasan mutlak untuk memilih, mau jadi manusia yang baik atau sebaliknya. Kebebasan memilih itu tentunya dibarengi dengan tanggung jawab yang tegas : “tanggung sendiri akibatnya”. Pilihannya benar menurut aturan agama yang dibawa Nabi Muhammad, jurusannya adalah jalan yang lurus menuju syurgaNYA, sebaliknya, bila pilihannya berseberangan, hasilnya adalah jalan yang berliku dan muaranya adalah Neraka Jahannam.

Posisi orang tua disini sangat sentral dan berat. Betapa tidak, setelah dikabulkan do’anya untuk memiliki keturunan, haruslah kedua orang tua tersebut juga memikul tangung jawab atas titipan dariNYA, karena sesungguhnya anak itu adalah titipan. Itulah tadi bahwa, kedua orang tua harus mendidik dan membimbingnya agar sesuai dengan ketentuan agama ALLAH, konseksuensi yang akan didapat kelak adalah 2 kemungkinan, baik atau buruk. Kemungkinan baik, tentu inilah yang diharapkan, tidak saja didunia tapipun di akhirat kelak. Di dunia, orang tua akan merasa hidup tenang melihat anak-anaknya tumbuh sesuai harapan malah di akhirat bisa menolong kondisinya bila ternyata kedua oranf tersebut bertakdir buruk. Sebaliknya, kemungkinan buruk hasil pendidikan buruk akan menuai badai sejak anak tersebut lahir, didunia nyusahin apalagi dk akhirat kelak, bahkan bisa menyeret kedua orang tua tersebut kedalam neraka jahannam walaupun sesungguhnya keduanya telah ditakdirkan masuk Syurga! Atau sebaliknya, anaknya masuk Syurga dan kedua orangtuanya masuk Neraka, repotnya anaknyapun tidak bisa menolongnya. Nah, kita sebagai orangtua harus ingat ini…..

Banyak kita orang tua menyayangi mereka dengan cara yang kurang tepat atau bahkan salah. Kesalahan kecil bisa berakibat fatal bila hal itu berulang dan akhirnya jadi kebiasaan. Contoh kecil, terkadang orang tua suka membiarkan anaknya dibiarkan lalai mengerjakan sholat atau tidak menjalankan puasa wajib Ramadhan, alasannya, biarin lah dia masih kecil, padahal sianak sudah kelas 4 atau 5 SD. Ini adalah tindakan kasih sayang yang salah. Seharusnya justru sejak kecil-lah latihan itu dibiasakan sehingga kalau sudah dewasa, hal itu akan menjadi biasa. Rasulullah dalam salah satu haditsnya bersabda bahwa mengajari anak kalau sudah besar sama halnya seperti menulis diatas air, tidak ada bekasnya, sedangkan mengajari anak sewaktu masih kecil ibarat menulis dibatu, ada bekasnya. Sampai-sampai beliau mengatakan bahwa, pukullah (dengan pukulan yang tidak menyakitkan) anak itu kalau di usia 7 tahun tidak mau
mengerjakan sholat!

Sebagai orang tua, kita harus sudah siap memikul tanggung jawab itu sejak kita berdo’a untuk diberi keturunan. ALLAH penuh kasih sayang, DIA senantiasa mengucurkan rahmat dan nikmatnya tanpa henti kepada makhluk yang bernama manusia. Bayangkan, kita diberi otak untuk berfikir, mata untuk melihat, hidung untuk mencium, mulut untuk makan dan bicara, tangan, kaki, perasaan dan masih ribuan bahkan jutaan nikmat yang kita tak akan mampu menghitungnya, semuanya gratis!!. Kata ALLAH dalam firmannya, bila air dari 7 samudra ini ditambah dengan 7 samudra lain sebagai tambahan untuk sebagai bahan tinta dan kayu pohon-pohonan sebagai penanya untuk menulis rahmat dan nikmat ALLAH, itu tak akan cukup! Maka nikmat ALLAH mana lagi yang akan manusia dustakan ?

Menanam secara baik dan benar, akan memanen dengan hasil yang baik. Menanam dengan cara yang salah dan buruk, panennya sudah dapat ditebak akan jadi apa hasilnya. Itulah hukum sebab akibat dan itulah sunnatulah. Perbuatan kita, baik atau buruk, seluruhnya akan berbalik kepada kita sendiri.

Baik buruknya suatu bangsa berawal dari lingkungan yang baik dan lingkungan yang baik berawal keluarga yang baik. Keluarga yang baik, tidak disangsikan lagi berawal dari didikan yang baik. Parameter didikan yang baik ? Tentu saja sesuai dengan tuntunan agama karena arsitek tuntunan agama adalah DIA sang pemilik kehidupan!
Tapi sungguh, untuk sampai kesitu koq sulit ya? Diperlukan sejuta kesabaran dan sejuta lebih lagi kesabaran. Jadi suka berfikir, bagaimana dulu orang tua kita mengurus kita, padahal jaman dulu para orang tua itu anaknya banyak sekali ? Terima kasih yang Ibu, Ayah yang selama ini telah mendidik kita semua sehingga kita menjadi seperti sekarang ini. Ya ALAH, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kita selagi kita masih kecil. Amin…..

No comments: