Tuesday, June 20, 2006

De, kenapa sih ?

Lagi males nulis nih, soalnya minggu ini rasanya kayak dikejar-kejar waktu. Enca, ulangan seminggu kemarin, lanjut minggu ini, rapat terus di kantor minggu lalu kemarin, belum lagi ada kerjaan yang tertunda terus. Wow, penuh buanget. Kemarin Senin 19/6/06 jadi rada sewot juga sama salah satu lembaga konsultasi anak, udah diconfirm hari Senin kemarin 19/6/06 – udah cuti 1 hari, eh katanya nggak dijadual di kantor konsultannya sama admin nya, sewotlah tetangga tidur sampe marah-marah ke admin nya. Akhirnya pilih lembaga lain di Cibubur, katanya si konsultannya bisa therapi pake supranatural juga katanya, rencananya hari Sabtu besok 26/06/06 di Cibubur janjian jam 16.00.

Enca punya problem belajar, dia nampaknya sulit menerima pelajaran (padahal kalau dirumah cepet juga menerima pelajaran tersebut cuman memang sayangnya ……cepet ilang lagi ! Malam belajar OK, pagi2 ditanyain = bleng ilang seperti nggak ada bekasnya. Heran.). Dia juga kayak sulit mengeluarkan perasaannya.

Agak sering sekarang dibawa sama mamahnya ke tempat ramai, biar dia banyak interaksi sama yang lain – mudah2an itu menjadi salah satu therapi buat jiwanya. Mau sih dia ikut pergi, tapi sesampai di tujuan biasanya diam aja nggak banyak kegiatan yang dilakukan, misalnya banyak ngomong, komentar atau apalah gitu dia sebagai anak, ini sih diem aja. Kadang-kadang merasa kasian juga ngelihat dia. Dulu waktu dia masih kecil, sekitar usia 3 – 4 tahun, dia itu anak yang sangat aktif, nggak mau diem – bergerak terus, jumpalitan (orang di mobil juga gelantungan di pegangan pintu) dan yang penting nggak maluan, mana badannya gemuk lagi, menggemaskan. Sekarang ini pendiem, dikamar terus dan pemalu. Jangankan sama orang lain, kadang sama orangtuanya juga malu.. Pernah pada usia dia kelas 2 SD, dibawa ke Lembaga Psikologi Terapan UI di Salemba, maksudnya pingin tahu bagaimana dia, hasilnya katanya dari sisi IQ dia diatas rata-rata anak Indonesia. Tapi kenapa sekarang hasilnya tidak mendukung ke hasil test itu ? Berbagai cara telah diupayakan untuk memotivasi dia, untuk memacu dia dan untuk membangkitkan semangat dan gairah dia supaya kembali ceria, namun belum nampak hasilnya. Ujung-ujungnya dalam pelajaran dia tertinggal…. De, kenapa sih ?

Mainan sih dibeliin, maksudnya untuk sebagai reward, misalnya ulangan angkanya bagus, mau belajar, mau cerita sekitar dianya atau hadiah lainnya. Tetap belum membawa hasil, lain bener sama kakaknya. Kakaknya ranking terus… Sampai pada kesimpulan, kenapa yang namanya anak kedua selalu lain sendiri ? Teman istriku rata-rata anak keduanya itu rada susah diatur, pokoknya anak kedua problem aja, kenapa ya ? De, maafkan Papah ya, Papah nggak tahu kamu kenapa, apa ada sesuatu yang Papah lakukan dulu sehingga kamu jadi seperti sekarang ? Maafkan papah ya. Papah akan berusaha terus untuk mengembalikan kamu yang ceria, yang menggemaskan dan yang tidak pemalu. Doain aja ya....

4 comments:

Shinkansen said...

Mang Dudung..., tulisan di paragraph terakhir itu.., anak ke-2 masak selalu gitu?. Soalnya..., Sabar juga anak ke-2 (*smile). Tapi kalo di pikir-pikir waktu kecil dulu, yah...bandel juga sih. Bahkan saat Sabar SMP kelas 3, nyaris di pecat dari sekolah karena berani ngelawan kepala sekolah. Saat SMA pernah 3x di keluarkan dari kelas karena nggak dengerin guru yang lagi ngajar sejarah (saat kelas 2), PMP (saat kelas 3), PSPB (saat kelas 2).

Mang Dudung.., tentang Enca, kalo boleh tahu, dia paling suka pelajaran apa?. Ini Sabar mau cerita sedikit pengalaman pribadi saja. Sejak masuk SD, Sabar itu sukanya pelajaran yang berkaitan dengan matematika dan IPA. IPA inipun terbatas yang ada kaitannya dengan fisika atau kimia saja, kalo biologi tidak suka. Sampe SMA, pelajaran seperti itulah yang di suka. Untuk pelajaran2 yang di senangi tsb, (bukannya sombong) dengan mudah dapat Sabar pahami tanpa perlu waktu belajar yang banyak. Begitu logikanya sudah di pahami, maka akan jalan dengan sendirinya. Sebaliknya, untuk pelajaran yang tidak/kurang di senangi, Sabar hanya belajar jika ada ujian saja dengan SKS (Sistem Kebut Semalam). Belajar hanya untuk ujian, dan setelah ujian, maka lupa semuanya. Terus terang "hafalan" Sabar kurang kuat, mungkin ini juga yang membuat kurang konsentrasi jika menerima pelajaran yang banyak membutuhkan hafalan. Apakah Enca ada kesamaan seperti ini juga?.

Anonymous said...

Alhamdulllah, Mang Dudung memang lagi ngejaring saran dari siapa saja yang dapat memecahkan masalah tersebut. Kalau Sabar kan bandel (karena pinter) karena mungkin nggak sabar dengan pelajaran yang ada karena dirasa pelajaran mungkin terlalu lamban jalannya, Enca malah di sekolahnya penurut, nurut banget sama pak guru dan pendiam. Para Guru jadi bingung, koq beda yah sama orang tuanya yang supel (maksudnya mamahnya). Bingung Mas Sabar yeuh Mang Dudung. Kasihan jadinya ngelihatnya. Jauh sebelum dia SMP, maih balita kali, memang Mang Dudung pernaah dapat masukan bahwa anak kedua biasanya katanya lain sendiri....
Mudah-mudahan bisa "direvisi" nya. Doain...

Herli Salim said...

Ang Dung, mungkin utk lbh efektifnya kita hrs 'masuk' ke pikiran anak. Caranya melalui dialog atau obrolan. Kasih soal cerita utk tahu dimana level of problem solution anak. Kalo boleh tau apa sebab dia itu jd ga ceria, tentunya dari kaca mata ortunya.
Gitu aja dulu.
Salam,
HS

urang kertasari said...

Thx kacida untuk semua sarannya. Memang, saya dan isti harus intro atas sikap kita sama dia nih.. Hatur nuhun, tulus nih hatiku mengucapkan tengkyunya...