Wednesday, June 28, 2006

Nca

Alhamdulillah, hari Sabtu kemarin 24/6/06 sudah pergi ke Cibubur bertemu dengan psikolog Bp. Diding Supendi MSc bertiga sama istri and Enca. Betul-betul aku sangat bersyukur kepadaNYA bahwa seperti yang aku catat dari hasil psiko test dulu kemudian terakhir 2 tahun lalu di dua lembaga terpisah, satunya psikologi terapan UI dan satunya lagi di suatu lembaga psikologi swasta, hasilnya diantara keduanya tetap, yaitu tingkat kecerdasannya diatas rata-rata dan juga minat untuk berkembangnya baik, cuman memang yang jadi soal kenapa kesehariannya tidak menggambarkan hasil psiko testnya. Menurut Bapak Diding, enca ada masalah dalam tingkat emosi dan sosialnya, seperti dalam keadaan tertekan katanya. Ini bisa lah diterapi, masih sangat mungkin bisa kembali berkembang setelah hambatannya disingkirkan. Bapak Diding yakin sekali akan kemungkinan ini, dia melihat gambar hasil psiko testnya sangat baik, nggak mungkin enca bisa punya kondisi saat ini seperti yang diceritakan, pemalu, introvet, sulit belajar (menerima pelajaran, dll). Kondisi kecerdasannya baik koq, malah menurut saya dia ada diatas rata-rata. Insya ALLAH dia akan bisa baik nantinya, saya akan coba bantu dan kalau mungkin kita buang energi yang jeleknya. Beliau rupanya suka memakai energi prana juga untuk therapi. Menurut skala (aku lupa namanya

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.... terima kasih ya ALAH, enca ternyata memang punya tingkat IQ yang nggak jeblok, mudah-mudahan bisa dibangkitkan dengan cara menghilangkan hambatannya (aku kepingin nangis saat itu, karena seneng, gembira dan seperti terlepas dari mimpi buruk, rupanya enca ternyata memang bahannya sudah ada, persoalannya sekarang tinggal tugas aku dan mamahnya, bagaimana cara “menggosoknya” supaya keluar kilau aslinya....)

Menurut Pak Diding mungkin dia tertekan saat Ibu atau Bapak selalu minta dia mencapai ulangan yang baik terus sehingga dia nggak berkembang karena selalu diliputi perasaan takut.
“Mungkin” kata istriku, “saya memang begitu pak karena udah terbiasa dengan situasi dan kondisi kantor yang selalu dikejar target dan waktu jadi nggak sabaran, mangkanya kalau lihat reza begitu suka nggak sabar, ujung-unjungnya marah dan berantem sama dia.”
“Wah, kalau begitu kelihatannya, ibu yang bermasalah nih, bukan reza” kata pak Diding sambil tertawa. Lanjutnya kemudian, “Kasihan Reza lah bu, biarkan dia berkembang sendiri, dia kan bukan ibu, dia pasti punya cara tersendiri untuk menyelesaikan apa-apa yang harus dia selesaikan. Punya style sendiri yang tentunya beda sama ibu, untuk itu biarkanlah dia jalan menrut intuisinya sambil dia juga mendapat pengalaman dari cara dia sendiri menghadapi persoalan. Mau kan bu ? Saya tahu, yang ibu lakukan adalah karena kekhawatiran ibu pada dia atau bahkan mungkin ibu terlalu protektif untuk dia. Ibu menurut saya kurang baik, si anak akan jadi tidak punya pengalaman, selalu menunggu dan akibat-akibat lain yang kurang baik. Gimana nih, reza atau ibu/bapak yang harus diajak ngobrol sambil terapi ?” Istri saya tersenyum....

Pertmuan dengan Pak Diding akan dijadwal minggu berikutnya (aku bener-bener bergembira karena sepungnya dari Cibubur, enca di jalan jadi rada mau bicara, ggak diem melulu, raut mukanya tidak cemberut).

De, maafkan Papah ya kalau selama ini Papah yang membuat reza seperti itu. Maafkan ya De....
Papah sekarang nggak akan lagi buat enca kesel, marah dan jengkel. Papah akan coba membuat enca ceria seperti dulu masih balita. Insya ALLAH enca akan jadi anak pinter dan PD ya. Insya ALLAH…

2 comments:

E C H A said...

Mudah2an Enca cepet kembali seceria dulu.
Emang sih ya, kt orang tua mah punya anak 9, berarti ngurusin 9 anak dengan 9 karakternya masing-masing.
Sama sekali tidak bisa disamakan/dibanding-bandingkan satu dengan yang lain.

Kalo katanya Neno Warisman mah, sekali kita "menyinggung" hati anak, maka akan membekas dalam sekali dihatinya.
Nah..kadang orang tua suka nggak sadar ucapan2 nggak sengaja yg ternyata membuat sakit hati si anak dipendam sendiri.

Elsa juga nih, suka ga sabaran sama Nanda.
Komo sejak ada Fari, elsa maunya Nanda cepet ngerti kalo dia itu skr udah ada adek.
Tapi sing kalah kumana oge, Nanda jg masih anak-anak yg kalakuanna masih sangat amat lugu.

Herli Salim said...

Enca, Mang Aang juga ikut senang atas kembalinya keceriaan Enca. Kedah seueurkeun main sambil belajar. Kan seueur 'educational toys' yg bongkar pasang itu, bagus juga tuk latih logika anak. Yg penting anak itu hrs enoy ketika apapun. Ini yg dpt memacu prestasi. Aang oge lagi belajar masalah 'early years education'. Nah, kan bisa berbagi pengalaman. Salam..
HS