Monday, July 03, 2006

Enca lagi...

Hari Jum’at 30 Juni 2006 adalah puncak dari masa belajar tahun 2005/2006. Hari itu raport hasil proses belajar mengajar untuk tahun pelajaran 2005/2006 dibagikan. Giliran aku yang ke sekolah mengambil raportnya karena istri baru saja selesai cuti ngawal dia belajar menghadapi ulangan umum selama seminggu. Justru menjelang pembagian raport malah jadi tenang hati ini, masalahnya sudah tahu secara tidak langsung bahwa enca bakalan tinggal di kelas delapan. De, maafkan papah dan mamah ya, papah dan mamah juga pasti punya andil atas hal ini…..

Aku datang paling duluan, jam 07.00 pagi sudah disekolah. Nyelang waktu dulu sebelum ke kantor. Jadinya paling pagi aku sampe, belum ada ortu yang lain yang akan mengambil raport. Ah kebetulan biar aku bisa bicara lebih banyak sama gurunya. Kurang lebih 10 menit aku menunggu, gurunya datang. Kebetulan dia adalah ti sunda, jadi aku berkomunikasi dalam bahasa sunda. Dia bercerita tentang masa-masa sulit orang tua menghadapi hal yang seperti ini (aku jadi tambah yakin bahwa enca pasti tinggal dikelas delapan). Saya juga menghadapi hal yang sama pak katanya. Anak saya ada yang seperti reza, persis.
Mengenai reza, seperti yang telah saya sampaikan ke bapak, dalam rapat gabungan membahas kenaikan kelas untuk seluruh anak didik, saya sampaikan ke forum bahwa sebetulnya reza itu memiliki tingkat kecerdasan yang lumayan tinggi, diatas rata-rata, tepatnya dalam skala (lupa namanya) skornya 117, menurut saya dia itu hampir jenius katanya lagi. Cuman ini ada hambatan apa yang mengakibatkan reza demikian, mudah-mudahan di tahun depan reza akan menjadi berbalik 1800 dan akan mematahkan opini yang telah ada sekarang. Terima kasih bu, Insya ALLAH....
Setelah ngobrol “kahilir kagirang”, akhirnya ibu guru menyampaikan bahwa memang reza untuk tahun ini tinggal di kelas delapan..... Bagaimana pak, kata ibu guru. Ya, saya terima memang demikian adanya bu, mau apa lagi ? Saya hanya bisa berdoa kepadaNYA, mudah-mudahan saya dan istri di-izinkan olehNYA untuk bisa merubah keadaan enca, maksudnya mengeluarkan “inner power” enca yang sekarang terpendam. Kami harus berusaha menyingkirkan hambatan itu secara baik. Insya ALLAH, dia punya bahan koq. Ya ALLAH, berilah kami kemampuan untuk maksud tersebut, kabulkanlah ya ALLAH. Aku hanya bersandar kepadaNYA, DIA berjanji bahwa DIA tidak akan merubah suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha merubahnya. Jadi, kami bertekad untuk merubahnya! Apakah aku malu dengan keadaan enca ? Malu terhadap orang tua murid yang lain di sekalhnya, malu pada orang-orang di lingkunganku ? Insya ALLAH, apapun keadaannya, aku TIDAK MALU terhadap semua itu. Dia adalah titipan ALLAH, yang DIA titipkan pada kami. Dia akan kami sayangi, kami kasihi dan akan kami upayakan dia akan menjadi anak yang normal seperti yang lain. Insya ALLAH..

Sore-sore sekitar jam 03.00 enca telepon dari rumah menanyakan statusnya, naik nggak ? Aku jadi kasihan memikirkannya, apa aku jawab sekarang ? Lama aku berfikir, akhirnya aku jawab begini : “De, kan nanti kita mau ke Jatibarang ke tempat mbak Reni, nanti aja ngasih tahunya ya ? Kan nanti ketemu.” Dia jawab : ’ Masih lama pah, kan baru jam 09.00 malam ketemunya”. “Nggak apalah, nanti aja ya..?”
Aku berfikir, bagaimana cara penyampaiannya. Apa aku harus bercerita dulu tentang orang-orang yang pernah tinggal dan akhirnya menjadi pemenang ? Aku jadi milih-milih siapa yang akan kujadikan contoh...

Rencana hari ini kami mau terus ke Jatibarang untuk menghadiri pernikahan anak kakaknya istri. Karena arahnya ke arah kantorku, aku nggak pulang dulu, langsung dijemput keluarga malem-malem (jam 09.00) dan langssung ke Jatibarang. Si kecil kami ajak, kebetulan dia mau – aku seneng banget, masalahnya dia suka nggak mau.

Sesampai di Jatibarang, aku masih belum cerita tentang sekolah, kebetulan, karena kita sibuk dengan acara pernikahan tersebut. Si kecil, seperti biasa, menyendiri. Untung ada salah satu saudara dari fihak istri yang deket dengan dia, jadi dia ngobrol. Khawatir sekali dunia dia sepi, sunyi....Alhamdulillah, kelihatannya dia cukup enjoy disana. Minggu pagi kita balik ke Jakarta. Balik pagi supaya kita ada ruang untuk beristirahat sebelum ke kantor besok paginya.

Minggu malam, sebelum tidur aku ke kamarnya ngobrol, cerita-cerita segala sesuatu sambil aku lihat apakah saatnya sekarang aku cerita tentang sekolahnya. Setelah ngobrol agak lama, kulihat lumayan cerah hatinya, kupikir inilah saatnya cerita...

Pelan-pelan aku sampaikan kondisi sekolah yang dia alami, dengan beberapa prolog tentunya, bahwa untuk tahun ajaran yang lalu enca mengharuskan tinggal di kelas delapan (aku lihat raut wajahnya). Dia diam. Aku bilang, De, ini bukan berarti enca gagal lho, ini adalah masa ancang-ancang untuk lari kencang. Nanti enca akan lari menyusul temennya yang udah berangkat duluan. Enca nggak apa-apa kan ? Enca punya modal atau bahan yang baik, nilai IQ enca hasil psiko testnya diatas rata2. Ayo kita siap-siap lari, papah sama akan bantu dorong di tahun depan. OK De ? Dia menjawab datar: iya. Matanya jauh menerawang.... Jadi enca mau di sekolah itu lagi ya, nggak usah cari sekolah lain. Lagi-lagi jawab : iya...

Setelah aku bicara, aku keluar kamar. Setengah jam kemudian masuk lagi dan.... dia kelihatannya jadi agak emosional. Marah-marah tanpa sebab. Maaf de papah ya…. Tapi Alhamdulillah, menjelang tidur dia reda, datangi kamarku dan ngobrol biasa lagi, mudah-mudahan ini adalah awal yang baik untuk tahun ajaran baru.

C’mon de.....

2 comments:

Herli Salim said...

Ang Dudung sudah sangat baik memposisikan diri. Kalau dilihat dari kacamata Aang, sepertinya Enca itu enggan utk belajar. Dengan kata lain tdk ada dorongan batin utk belajar, padahal kalau mau itu bukan masalah bagi dia. Ketidak mauan dia ini disebut 'lack of motivation' atau kurang motivasi. Ada sst yg ia simpan rapat betul di hatinya. Ini mesti diketahui, tp dgn cara yg bijak dan bil hikmah. Untuk penyemangat bisa belikan buku2 biografi orang terkenal, atau Ang Dudungnya yg baca terus cerita ke Enca. Oh ya doa Ibu juga akan sangat membantu anakknya. Doa yg disampaikan secara khusus di 1/3 malam, pasti Allah akan kabulkan siapapun yg memanjatkan doa tersebut. Ayo Enca lari-sperti kata Papah, ini adalah awal untuk lebih baik lagi. Salam sono selalu.

urang kertasari said...

Nuhun Ang, your support sangat berharga bagi saya. Sungguh, itu suatu pikiran/pendapat benar dari seorang pendidik. Nyata sekali, bener lho, kalimat itu datang dari seorang pendidik. Akan dicoba digali kenapa dia malas belajar. Anyway, terima kasih Ang, tausiah-nya akan ang dudung ingat. Aduh jadi sendu nih. Tengkyu kacida nya...
Wassalam,