Wednesday, July 05, 2006

Perkasanya istriku....

Tiba-tiba aku jadi ingat keberanian (atau ke-nekad-an ?) istriku beberapa tahun lalu. Kejadiannya mungkin sekitar tahun 2003 tau 2002, lupa.
Seperti biasa, pagi dia mau berangkat kantor ke Pondok Indah (sekitar 30 km dari rumah) lewat toll Caman. Akses jalan menuju gerbang toll, setiap pagi (apalagi Senin) itu, masya ALLAH, macet-nya nggak ketulungan, jarak cuman satu setengah kilometer bisa ditempuh hampir 1 jam, belum di jalan toll nya. Pokoknya, berangkat jam 06.00, sampai di kantornya kalau lagi kuang beruntung, bisa jam setengah sepuluh! Gila kan ?

Nah pagi itu, seperti biasa dia antri barengan yang lain. Persis di depan stasiun pompa bensin, ada dua ojek lagi ngobrol, repotnya mereka ngobrol di jalanan sehingga jalan yang sudah sempit menjadi tambah sempit, walhasil mobil dia nggak bisa lewat. Wajarlah bila dia klakson, memberi tahu – tolong dong minggir sebentar kita mau lewat...

Di klakson dia kelihatannya nggak suka, terus aja ngorol menghalangi jalan, sementara antrian mobil berderet ke belakang panjang sekali. Setelah di klakson berkali-kali, akhirnya mereka jalan. Celakanya mereka jalan pelan-pelan sambil “menguasai” jalan – jalannya sambil zigzag gitu, mungkin mereka berfikir, ah... cewek doang. Persis sebelum jembatan, aliran kendaraan behenti, salah seorang diantaranya ngegolin pantatnya, istriku rupanya naik pitam, dia buka pintu, turun, disamperin itu tukang ojek dan ...... “plak”, ditempelengnya tukang ojek itu. Mungkin si tukang ojek itu kaget. Dalam kagetnya dia menjambret baju istriku pake tangan kanannya, karena jambretannya, name tag istriku (kartu id) sampai patah. Repotnya, waktu dia di jambret, posisi kaki dia yang paling deket ke motornya adalah kaki kiri, itupun sempit, artinya dia nggak punya ruang untuk ancang-ancang. Dia pikir ini harus ditendang, tapi dia punya kesulitan untuk menendang pake kaki kiri (dulu waktu dia masih kecil pernah belajar judo, punya kesulitan tersendiri menendang pake kaki kiri). Akhirnya, dalam hitungan detik dia ambil keputusan, apapun jadinya dia harus tendang itu tukang ojek, pake kaki kiri, kalau dia gagal toh masih bisa menjerit, dia mau manfaatkan dirinya sebagai seorang wanita. Apa yang terjadi ?

Tendangan kaki kirinya, dari ruang yang sempit, membuat motor dan orangnya terpental cukup jauh. Gedubrak ....Dia kaget sendiri. Bisa begitu ? Dari hasil yang dia dapat, nyalinya mendadak tumbuh berlipat-lipat. Dia pelototin yang satu lagi, dia bentak : “maju kamu !” Situkang ojek satunya langsung tancap gas.... Setelah beberapa saat, baru orang-orang merubung dia, kenapa Bu – kenapa Bu ? Sambil mengibas badan dan merapikan baju (ih... kayak jagoan abis menang perang) dia pergi melanjutkan perjalanan. Puas katanya abis melabrak orang kayak gitu. Tapi ada tapinya, dia selama seminggu atau lebih nggak berani lewat situ.....

1 comment:

Herli Salim said...

Aduh Mbak Watty... hebat berani amat! Aang setuju banget lah tah si tukang ojeg dikasih pelajaran, emang kadang-kadang gaya di Indo itu suka 'underestimate' sama kaum perempuan. Bravo kaum perempuan dan Bravo Mbak Watty!