Tuesday, August 22, 2006

Jalan-jalan 2

Singapore & Malaysia

Setelah 5 hari libur total (kamis - senin), hari ini baru masuk kerja lagi.

Relax dulu aja ah.... ngomongin jalan-jalan yang pernah aku jalani. Ini catatan pribadi, mau dibuang sayang, hitung-hitung disimpan aja di server. lumayan.


Jalan-jalan kedua kali ini terjadi Akhir September 2004, 3 bulan persis sebelum tsunami. Sama yaitu naik “Star Virgo”, cuman routenya yang lain. Kali ini routenya Singapura, Pulau Penang/Malaysia dan Pukhet/Thailand.


Begitu sampai di Singapura, kesan yang duluan nampak adalah kebersihannya, selanjutnya ya biasa saja kota ini. Cuma kota ini kita kenal sebagai kota tempat orang berbelanja saja. Mangkanya, begitu mendarat keduakalinya ini, koq disergap rasa bosan, padahal yang pertama dulu aku sempat sms istri, you suatu hari harus menyempatkan diri suatu hari kesini! Orchard Roadnya yang terkenal tempat belannja itu, sama saja dengan di Jakarta daerah kota atau Mangga Dua, dia menang bersih dan kita menang jujur para penjualnya nggak “nipu” kayak mereka. Pedestrian-nya lebar, luas, mangkanya cocok banget untuk jalan-jalan. Kalau kita masuk Pusat perbelanjaan besar terkenal, jangan heran kalau yang belanja itu pada bicara bahasa Indonesia! Mungkin lebih dari 50 % yang belanja adalah wong Indonesia….


Nipu? Iya, di Lucky Plaza (Shopping Center), kurang hati-hati kita, bakalan dikerjain, ditipu. Beli barang, apa yang ditunjuk, yang dibungkus barang yang lain. Balik lagi untuk minta ganti? Bakal berantem and nihil. Mungkin karena mereka tahu kita datang dari Indonesia. Menurutku, penduduk negeri singa ini agak sombong, mentang-mentang tingkat ekonomi mereka udah maju. Menurut survey katanya, mereka sudah sejajar dengan Eropa, mangkanya gaya hidup mereka, fasilitas dan sosialnya sudah hampir seperti Eropa. Katanya lho…
Pergi kemana-mana sangat mudah menggunakan sarana transportasi yang tersedia, bis, taxi dan MRT (kereta bawah tanah). Beli karcis RMT dilakukan melalui mesin, masukkan uang, keluar karcis. Begitu sampai ditujuan, masukin lagi ex karcis ke mesin ticket, keluar deposit uang kita yang ditahan saat beli ticket tadi (sekitar 2 SGD). Teratur sekali mereka, bahkan saat hendak naik taxi. Taxi berderet di pinggir jalan di tempat-tempat keramaian, kalau kita mau naix taxi, jangan harap bisa naik taxi sembarangan kayak di Jakarta tanpa mengantri. Ditolak! Kita harus antri.

Kalau soal makan memang harus hati-hati, salah-salah kita makan barang yang haram. Ada sih tulisan, misalnya “muslim food”, “halal” atau lainnya yang memberi tahu kita bahwa makanan itu layak untuk dikonsumsi umat muslim. Disebelah (timur atau barat, aku nggak begitu jelas), ada daerah muslim besar, disana ada masjid, rumah-rumah makan Pakistan, Timur Tengah dan lain-lain. Makan disini aman, cuman kebanyakannya makanan timur tengah, maklum penduduknya kebanyakan keturunan arab. Disana ada pusat perbelanjaan kecil tapi isinya padat banget, namanya Mustapha kalau nggak salah. Segala barang ada disini, elektronik, baju, tas, koper cendera mata dan lain-lain. Biasanya kita kalau ke Singapura, ini salah satu tempat favorite yang harus dikunjungi. Murah dan baik.

Begitu naik kapal, karena kapalnya itu-itu juga, tiba-tiba seperti waktu menginjakkan kaki di Singapura, merasa bosan dengan sendirinya padahal kali ini kamar tempat menginapnya di kelas balkon (mungkin bintang 5 kalau didarat). Pemandangan lautnya bagus karena kamarnya di balkon kebetulan menghadap laut.

Seperti yang dulu, kapal ini bagus banget dalam mengarungi perjalanannya, hening tidak gemuruh seperti kapal penumpang biasa. Kalau nggak nengok keluar kita nggak berasa bahwa kita lagi berjalan. Mungkin karena usia kapalnya masih baru ya? Kalau lagi iseng, pernah menelusuri badan kapal dari ujung ke ujung, dari depan ke belakang. Panjang banget. Ada lapangan Golf mini di lantai paling atas, Kolam renang, Fitness Center dan lain-lain. Yang asyik adalah waktu matahari mau tenggelam, cahaya disekeliling didominasi oleh warna kekuning-kuningan yang mantul ke laut. Orang-orang pada duduk di geladak sambil ngobrol, becanda dan foto-foto atau ambil gambar melalui handy camera. Disebelah kiri kanan kapal terlihat kapal-kapal tangker yang berjalan pelan karena beratnya. Kalau kita mau, banyak acara sebetulnya dikapal ini kalau mau diikuti seluruhnya, ada karaoke, film, kabaret dan roulet!

Kali ini penumpangnya kebanyakan dari India, mungkin 1/3nya India. Kabarnya mereka memang datang dari India langsung ke Singapura untuk kemudian langsung berlayar. Hebatnya, mereka sempat-sempetnya buat sinetron! Itulah peluang ya, jadi lebih murah kan?

Waktu masuk ke ruang kemudi, wah semuanya sudah serba digital, asyik banget deh.

Waktu mendarat di Penang, suasananya sama seperti Kuala Lumpur, cuman di Penang ini karena kotanya lebih kecil jadi agak lengang. Di Malaysia ini budaya Chinese sangat mencolok dengan berbagai atributnya, mulai dari gedung khasnya sampai kelentengnya yang banyak banget dan ada yang jadi objek wisata. Kehidupan agama cukup kental disini, baik Islam, Kong hu Cu dan lainnya berdampingan kayak kita di Indonesia dengan damai. Aku sempat shalat ‘Asar sendiri, cari mesjid sendiri, pada saat teman-teman lagi masuk ke salah satu kelenteng, kupikir dari pada masuk kelenteng – mendingan masuk mesjid! Mesjidnya di pinggir pantai, kecil. Padasannya diluar, melingkar dengan keran kurang lebih 4 buah. Mesjidnya sama dengan kita, kebetulan waktu itu berhenti di daerah pinggiran kota, jadi mesjidnya, maksudnya suasana, interior dana apa-apanya itu mirip banget dengan mesjid yang ada di kampung-kampung di pulau Jawa. Serasa di Indonesia, belum lagi ngomongnya hampir 90% mirip. Berbicara soal bahasa, 90 % memang sama, bedanya cuman cengkok aja kali. Tapi ada hal-hal yang lucu, aku baca plang di gedung-gedung baik itu pemerintah maupun swasta, banyak istilah-istilah yang bener-bener asing bagi kuping. Aku lupa istilah-istilah itu, tapi bener-bener jadi senyum saat membacanya. Satu lagi yang unik, mungkin kalau di Indonesia pasti dianggap keren, sopir-sopir bis yang disewa, bacaannya koran berbahasa Inggris! Kota ini pada saat Tsunami kabarnya kena dampaknya pula.

Guide yang membawa kita cerita bahwa, Tuan Mahathir itu bagus, dia sangat mendorong warga negara Malaysia untuk maju. Dia bebaskan biaya sekolah untuk orang yang berprestasi, orang yang pintar. Dia sangat menyokong upaya-upaya terobosan baru, riset-riset, dia bikin kawasan yang berteknologi tinggi di Kuala Lumpur (iya itu memang ada, kita sempat melewatinya). Pokoknya tuan Mahathir bagus katanya. Namun, hal yang menarik adalah, pada saat orang-orang berbicara mengenai politik, seperti kita dulu jaman Soeharto, sebelum bicara celingukan dulu takut ada yang nguping. Rupanya sistim politik jaman Mahathir hampir sama dengan jaman Soeharto, kritik-kritik yang pedas berakibat penjara! Cari makan disini juga harus rada hati-hati mengingat restoran restoran yang tersedia banyak sekali restoran chinese, jadi urusan B2 pasti tersedia. Tapi, meskipun nggak ada babi, maksudnya masakan melayu, belum tentu lidahku ini cocok. Repot memang aku ini soal makanan. Pernah lagi jalan mau cari makan, aku berdua temen lewat kantor polisi, ada papan pengumuman besar, begitu didekati, ada pengumuman “Wanted”, siapa yang di”wanted”? Ternyata Dr. Azahari sama Nurdin M Top, buron yang dicari yang sedang berada di Indonesia.

Sambil iseng habis makan, mata jelalatan lihat-lihat sekeliling. Eh, ada mobil Kijang? Di Malaysia dikasih nama lain, aku lupa namanya. Banyak juga sih mobil-mobil yang beredar juga di Indonesia. Yang mendominasi disana adalah mobil-mobil kecil, kabarnya memiliki mobil disana memerlukan banyak uang, masalahnya biaya pemeliharaan dan bahan bakarnya sangat mahal sekali. Itu berarti, kalau seseorang punya kendaraan roda empat, dia sudah kaya banget. Jelas, merek mobil yang mendominasi pasar adalah merek “Proton”, mobil buatan lokal Malaysia, kebanggaan Malaysia. Lalu lintasnya teratur, pada taat hukum lalu lintas. Hampir tidak ditemukan jalanan macet, mungkin karena jumlah mobilnya tidak seheboh di Indonesia? Yang menarik, kalau kita mau isi BBM, ada pom bensin yang nggak ada orangnya, kita datang, isi, nah bayarnya aku nggak tahu gimana caranya. Maklum cuman lihat dari bis. Tapi apapun, itu menandakan bahwa, rakyat Malaysia bisa dipercaya, tanpa pengawalan pun dia tidak berbuat curang.

Yang ke Pukhet aku simpan ke servernya besok lagi..

4 comments:

Herli Salim said...

He...he...asyik ya jalan-jalan. Sayang hal itu ke tempat yg sama jadinya bosan aja.Coba ke sini ke Ozi akan dapat nuansa baru...alamnya utamanya. Kalau hal yg lain seperti pom bensin, karcis, lalu lintas, 'kejujuran', rasanya sama juga tuh disini. Kayaknya mereka suka saling menstandarkan diri bila ada pertemuan APEC atau forum ekonomiyg lain...Nah gimana tuh di Jepang ?

urang kertasari said...

Sok atuh yang laen juga ceriain jalan-jalannya. ALLAH menciptakan manausia bersuku-suku supaya saling mengenal. Ayo yang lain dong ceritain juga...

Shinkansen said...

Jepang itu beda dengan Ozi, amrik atopun europe. Jepang negera maju, namun tetap memiliki adat ketimuran...sopan, dan ramah. orang-orang kita aja tampaknya kalah sopan dan ramah deh. Sombong? nggak juga..tapi mereka bangga dengan negaranya, bangga dengan segala sesuatu yang "nihon-sei" (made in Japan) etc..etc.

Ini mau cerita dikit. Pernah seorang teman indonesia kehilangan dompetnya dan di perkirakan jatuh di kereta. Bayangin aja di domnpetnya berisi ATM card, credit card, kartu mahasiswa, KTP Jepang, uang etc. Namun teman tsb, tenang2 aja dan bilang gini "saya sudah 6 tahun disini, dan saya tahu bagaimana orang jepang, dompetku akan kembali 2 atau 3 hari lagi". Ternyata apa? 3 hari kemudian, dia di minta datang ke kantor polisi dan ternyata semua isi dompetnya masih lengkap.
Ini terjadi ketika Sabar baru 6 bulan di Jepang.

Tahun lalu, seorang teman Indonesia yang baru 3 bulan datang ke Jepang, juga kehilangan dompetnya. kemungkinan terjatuh di jalan ketika dia naik sepeda. Ia cukup panik dan telepon ke rumah.." Pak Sabar..dompet saya hilang, isinya ini dan itu..etc". Saat itu langsung tak jawab" Tenang aja Pak.., nanti dompetnya akan kembali kok, paling ada orang yang ngantarkan atau nanti di telepon dari kepolisian". Dan ternyata betul..2 hari kemudian dia sudah di telepon oleh pihak kepolisian..dan semua isi dompet lengkap.

Elsa juga pernah ngilangin dokumen penting saat belanja di supermarket. Heran juga, dokumen penting habis di pake nggak di kembalikan ke tempat semula, justru tetap di taruh di tas dan di bawa belanja. ntah gimana..dokumen yang seukuran kertas B5 tersebut bisa terjatuh. Terkejut juga ketika dokumen itu hilang karena sangat penting, segera saat itu kita ke kantor balai kota Okayama untuk menghindari penyalahgunaan dokumen tsb oleh orang lain. Kami mendapatkan dokumen baru, sedang dokumen lama di nyatakan tidak berlaku. Eh...ternyata keesokan harinya, kita menerima surat dari kepolisian dan di minta datang ke sana. Rupanya dokumen yang hilang tsb telah ada di sana.

Memang demikian disini, jika dompet kita hilang, dan seseorang menemukannya, maka ada 2 kemungkinan yaitu:
1. Orang yang menemukan akan mencari alamat kita
2. Orang tersebut akan menyerahkan dompet tersebut ke kantor atau pos polisi.

Bagus kan..., tapi lebih bagus jangan kehilangan deh...*smile.

urang kertasari said...

Subhanallah,
Kapan kita bisa seperti Jepang? 10, 20 atau 30 tahun lagi? Bukannya meremehkan, saya nggak begitu yakin... Padahal negara kita mayoritas MUSLIM! Muslimnya belum sampai ke hati...